Thursday, February 21, 2013

Karena aku bukan salju, dan kamu bukan matahari





"Mengapa semuanya terjadi begitu saja ? " tanyamu suatu hari saat aku baru saja selesai dengan mata kuliahku yang melelahkan. Tata aturan dan hukum internet. Apanya yang menarik dari mata kuliah ini bagiku. Aku sangat lelah, sangat. Mataku terasa menghilang dan aku tak melihat apapun kecuali rerumputan. Dan kau menambahkan daftar hal yang membuatku kesal hari itu.


"Mengapa salju datang begitu saja ?"  tanyamu lagi, tanpa sempat memberiku sejenak waktu untuk mendudukkan diriku sendiri. "Bahkan saat aku pagi pagi sudah bersiap dengan sepatu resmi  berhak sedang, salju datang tiba tiba, berhamburan berjatuhan tanpa komando, dan aku harus buru buru pulang dan menggantinya dengan boots hitam yang membutuhkan sedikit kesabaran untuk memakainya, karena ukuran kakiku yang mulai melebar." 


"Mengapa hujan turun begitu saja ?" tanyamu lagi, tanpa sempat memberiku sejenak waktu untuk membebaskan kakiku dari sepatu yang mulai terasa menyempit. " Aku hari ini tak membawa payung merah kesukaanmu, dan hujan turun tiba tiba saat aku berjalan di tepian ladang jagung yang baru saja panen di sana, hingga bajuku basah semua tanpa sempat aku melindunginya. Padahal aku ingin menunjukkan baju terbaruku yang aku janjikan dahulu. Tapi sudahlah, aku sudah mengabaikannya. 


" Mengapa matahari hari ini menampakkan dirinya begitu saja ? " tanyamu lagi, tanpa sempat memberiku sejenak waktu untuk merebahkan tubuhku di rerumputan. "Baru saja hujan selesai, matahari menampakkan dirinya tanpa menungguku menikmati tubuhku yang basah oleh hujan. Tanpa acuh. Tanpa sempat menoleh pada teriakanku menghentikannya sejenak. Padahal aku sudah berteriak teriak sekuatku. Mungkin urat leherku mendekati putus. Tapi tetap saja, dia mengacuhkanku," sungutmu tanpa menolehku.


"Mengapa katamu ? " tanyaku kembali. Kali ini aku tak ingin menyia nyiakan kesempatan untuk merebahkan tubuhku di rerumputan dan membiarkanmu mengkerucutkan wajahmu sendiri hingga tak tampak menarik lagi di depanku. 


" Akulah yang seharusnya bertanya mengapa, bukan dirimu. Mengapa kau tanyakan itu semua, padahal tanpa perlu aku menjawab pun, kau sudah mengetahuinya sendiri. Kau tak perlu menujukkan wajah kesalmu, kau sudah mengetahui alasannya sendiri. Aku belum sempat mengucapkan kata terbaik untuk ku ucapkan padamu, tapi kau sudah menghentikan itu semua, dengan pertanyaan pertanyaanmu."


"Kita sedang mengalami hal yang sama, sama sama mencari siapa yang datang setelah ada yang pergi. Kau bisa saja mengabaikanku, atau yang lainnya, tapi hari ini kau menanyakan semua, segala sesuatu tentang yang bisa datang, mungkin hanya untuk memastikan keteguhan hatimu akan  siapa yang pergi."


Kau hanya terdiam, hanya menyaksikanku mengomel dengan wajah tertengadah. Sulit menurutmu, mudah menurutku. 


" Kau lihat rerumputan itu, yang meringkuk, yang kedinginan, yang berwarna hijau terlalu muda. Tampaknya ia sakit bukan ? "

"Iya."


"Karena apa menurutmu  ? Salju ? iya tepat. Salju membuatnya kesakitan, tak bisa ber fotositesis, tak membiarkannya sejenak menikmati waktunya. Begitulah, begitulah mulanya semua ini berawal. Pengekangan akan waktu yang seharusnya bisa kau nikmati membuat kita sama sama merasa ada yang pergi sebelum ada yang akan datang lagi. Padahal sesungguhnya hanya masalah kesiapan saja salju turun tiba tiba, lalu hujan turun tiba tiba dan matahari muncul tiba tiba menghapus keduanya, dan kamu tak perlu meributkan tentang baju atau segala perlengkapannya. Mudah saja bukan ? " 


"Tak ada yang abadi yang bisa kau pegang hingga ke akhir segala janji. Tak ada yang bersatu hingga kau memecahnya satu satu. Tak ada yang bisa membuatnya berani, kecuali kau memegangnya secara teguh seperti para tirani."


" Dan aku, akan siap kehilangan semua itu, termasuk senyummu, yang akhir akhir ini mungkin akan hilang seperti lenyapnya salju oleh mentari. "


"Mengapa .......... ? " tanyamu lagi, sebelum aku potong dengan meletakkan telunjukku di depan bibirmu. 


"Karena aku bukan salju, dan kamu bukan matahari," bisikku pelan. Mungkin kamu mendengarnya.





Giessen, 22 February 2013
Untuk salju dan matahari.



No comments:

Post a Comment